Selasa, 27 Desember 2011

Trust


Kita bicara Trust, berarti kita bicara apa yang dilakukan oleh semua remaja belasan (yang berarti aku) ketika kita mendapati bahwa dunia virtual itu 200 kali lipat lebih menyenangkan daripada dunia kenyataan.

Seriously, aku tahu rasanya jadi Annie (Liana Liberato). Tentunya sekitar 4 tahunan sudah mengenyam seluk beluk internet dan segala macam model sosialisasinya, aku pastilah pernah ngalamin apa yang dialamin semua remaja lainnya semisal chatting di Facebook, kenalan, dan gimana sampe akhirnya aku jadi tergila-gila, ketagihan, dan sebegitu gampangnya "jatuh" ke satu orang yang ga pernah kita tahu, bahkan lihat sekalipun. Aku punya banyaaaak banget temen virtual. Selain teori kalau orang yang punya banyak banget temen virtual itu biasanya ga populer disekolah, aku dan Annie sekali lagi ngebuktiin teori itu masih kekal adanya, setidaknya buat berapa tahun kedepan lagi.

Annie, menghabiskan waktunya untuk curhat sama satu temen chatnya bernama Charlie bahkan dia terlibat lebih jauh dengan menceritakan semua tentang dia melebihi apa yang diketahui semua keluarganya (Clive Owen dan Catherine Keener) dan semakin Annie tergila-gila pada sosok Charlie yang makin ga jelas dan seringkali berbohong tentang umurnya, maka kita tahu bahwa sesungguhnya Charlie ini jelas jelas seseorang dangerous stranger, dan siap siap, kehidupan harmonis keluarga Annie akan hancur secara instan.

Pola yang digunakan Trust untuk filmnya adalah langsung to the point alias menuju inti cerita tanpa harus membangun pelan-pelan semua unsur instrinsik didalamnya. Untungnya, meskipun Trust memutuskan buat langsung menuju point of the story nya dari sejak paruh pertama, tapi pembangunan karakter-karakter didalamnya tetap solid dan tetap punya taste, bahkan memegang emosi penonton secara larut. David Schwimmer memang ga menitikberatkan Trust menjadi sebuah melodrama penuh yang bertutur soal cerita korban Predator Internet dan perburuannya, tapi David lebih tertarik untuk menyoroti drama alamiah antara Annie, keluarganya, dan juga perkembangan psikologis diantaranya. Itulah kenapa meskipun sejak awal Trust sudah membangun tendensi ceritanya, tapi semakin mengalir alur cerita Trust bukannya membosankan malah semakin mengalir dan merebut emosi kita untuk melihat betapa messed up nya seorang asing berhasil menghancurkan batin sebuah keluarga sederhana baik-baik.


Dari segi akting, Liana Liberato bisa jadi yang berada paling atas, karena selain dialah pemegang kendali atas kekuatan separuh besar film ini, dia sendiri sangat pas dengan karakter remaja labil yang keras kepala, egois dan masih innocent. Adegan dimana dia membanting HP-nya dan bertengkar dengan Clive Owen adalah adegan yang sanggup membuat kita berkaca-kaca disini, menunjukkan betapa dengan mudahnya kehadiran seorang asing sanggup membuat Annie membantah dan membenci Ayahnya sendiri dan coba lihat ekspresi Clive Owen saat itu. Adegan itu cukup mengguncang psikologis dan mendeskripsikan secara miris, telah sejauh apa sudah keluarga ini dijauhkan.

Clive Owen sendiri, gak usah ditanyakan, dia berhasil mewakili jiwa dan batin terpukul seorang ayah yang "kehilangan" anak kesayangannya sendiri, bagaimana perkembangan chemistry ayah-anak yang mulai merapuh bisa dia dan Liana bawakan dengan sangat baik. Sisanya, Catherine Keener dan Viola Davis (sebagai psikolog Annie) meskipun performanya lebih minimalis ketimbang Clive dan Liana tapi mereka membawa sisi lain buat film ini, masing masing sisi melodramatis dari Keener, dan karakter kuat Viola Davis yang berhasil membuat psikologikal Annie lebih terbuka.

Aku tahu endingnya membuat kita jadi kesel. Tapi secara natural, David Schwimmer hanya ingin memperlihatkan kita (atau menonjok kita) bahwa dunia virtual bukan hanya 200 kali lipat lebih menyenangkan tapi juga bisa 200 kali lipat lebih "mengerikan".

7 komentar:

  1. hey, makasih udah ngefollow blogku :)
    followed! xoxo

    BalasHapus
  2. followed you back :)

    Stay in touch lovely.

    <3

    BalasHapus
  3. Belum pernah nonton, kayanya seru ya.

    BalasHapus
  4. ini pilem yang kalo ga salah jagoannya mati kejeblos galian telkom bukan?

    hwehehee ('_'")?

    BalasHapus
  5. aku juga pernah seperti itu. . . . tapi pada akhirnya bubar ditengah jalan. . .

    BalasHapus
  6. Makasih yah Anisa untuk reviewnya, kalo filmnya udah keluar di bioskop pasti aku usahain nonton soalnya kayaknya filmnya emang bagus :)

    BalasHapus